15 January 2009

Hati Pak Tua

Pada suatu hari, seorang pemuda menyatakan bahwa dialah pemilik hati yang terindah di kotanya. Banyak orang berkumpul dan mengagumi hati sang pemuda karena memang hatinya benar-benar sempurna. Tidak ada cacat atau goresan sedikit pun di hati sang pemuda. Ia sangat bangga dan mulai menyombongkan hatinya. Tiba-tiba, seorang lelaki tua menyeruak dari kerumunan, tampil ke depan dan berkata, "Mengapa hatimu masih belum seindah hatiku?"

Semua yang hadir melihat hati pak tua itu. Hati pak tua berdegup dengan kuat, namun penuh dengan bekas luka. Ada bekas potongan hati yang diambil dan ada potongan yang lain yang ditempatkan di situ. Penempatan yang tidak benar-benar pas, sehingga tidak rata. Bahkan, ada bagian-bagian yang berlubang karena dicungkil dan tidak ditutup kembali. Orang-orang bingung dan berpikir, bagaimana mungkin pak tua itu mengatakan bahwa hatinya lebih indah?

Sang pemuda melihat kepada pak tua, memperhatikan hati yang dimilikinya dan tertawa, "Anda pasti bercanda, pak tua", katanya, "bandingkan hatimu dengan hatiku, hatiku sangatlah sempurna, sedangkan hatimu tak lebih dari kumpulan bekas luka dan cabikan."

"Ya", kata pak tua, "hatimu kelihatan sangat sempurna, meski demikian aku tak akan menukar hatiku dengan hatimu. Lihatlah, setiap bekas luka ini adalah tanda dari orang-orang yang kepadanya kuberikan kasihku, aku menyobek sebagian dari hatiku untuk kuberikan kepada mereka, dan seringkali mereka juga memberikan sesobek hati mereka untuk menutup kembali sobekan yang kuberikan. Setiap sobekan tidak sama, ada bagian-bagian yang kasar yang sangat aku hargai karena itu mengingatkanku akan cinta kasih yang telah bersama-sama kami bagikan. Meskipun bekas cabikan itu menyakitkan dan tetap terbuka, hal itu mengingatkanku akan cinta kasihku pada orang-orang, dan aku berharap, suatu ketika nanti mereka akan kembali dan mengisi lubang-lubang yang ada."

"Sekarang, tahukah engkau keindahan hati yang sesungguhnya?", kata pak tua kepada pemuda itu. Sang pemuda berdiri membisu dan air mata mulai mengalir di pipinya. Ia berjalan ke arah pak tua, menggapai hatinya yang begitu indah, lalu merobeknya sepotong. Sang pemuda memberikan robekan hatinya kepada pak tua dengan tangan gemetar. Pak tua menerima pemberiannya, menaruh di hatinya dan kemudian mengambil sesobek dari hatinya yang sudah amat tua dan penuh luka dan memberikannya untuk menutupi luka hati dari si pemuda. Mereka berbagi kasih.



Terkadang, manusia berbagi kasih dengan harapan mendapatkan balasan kasih dengan kuantitas yang sama, bahkan lebih, bukan untuk dibalas dengan sakit hati. Namun, sudahkah anda "memberikan sobekan hati" anda ketika anda berbagi kasih dengan sesamamu? Sudahkah anda mengorbankan hati anda yang "indah" seperti pemuda itu dengan menyobeknya? Mulailah sejak hari ini untuk mengasihi sesamamu dengan pengorbanan yang tulus kepada mereka. Percayalah, suatu saat akan ada orang-orang yang Tuhan berikan untuk menambal setiap cungkilan hatimu yang terbuka.

(sumber : YFC)

No comments:

Post a Comment